Apakah Pietisme dalam Kekristenan? Definisi dan keyakinan

Secara umum, pietisme adalah gerakan dalam agama Kristen yang menekankan pengabdian pribadi, kekudusan, dan pengalaman spiritual otentik di atas kepatuhan sederhana pada teologi dan ritual gereja. Lebih khusus lagi, pietisme mengacu pada kebangkitan spiritual yang dikembangkan dalam gereja Lutheran abad ke-XNUMX di Jerman.

Kutipan dari Pietisme
"Studi tentang teologi harus dilakukan bukan dengan kontroversi, melainkan dengan praktik kesalehan". –Philipp Jakob Spener

Asal-usul dan pendiri pietisme
Gerakan pietis telah muncul sepanjang sejarah Kristen setiap kali iman tidak menjadi apa pun dari kehidupan dan pengalaman nyata. Ketika agama menjadi dingin, formal dan tidak bernyawa, adalah mungkin untuk melacak siklus kematian, kelaparan spiritual dan kelahiran baru.

Pada abad ketujuh belas, Reformasi Protestan telah berkembang menjadi tiga denominasi utama: Anglikan, Reformasi, dan Lutheran, masing-masing terkait dengan entitas nasional dan politik. Afiliasi yang erat antara gereja dan negara telah menghasilkan kedangkalan yang tersebar luas, ketidaktahuan alkitabiah dan amoralitas di gereja-gereja ini. Akibatnya, pietisme muncul sebagai upaya menghidupkan kembali teologi dan praktik Reformasi.

Istilah pietisme tampaknya pertama kali digunakan untuk mengidentifikasi gerakan yang dipimpin oleh Philipp Jakob Spener (1635-1705), seorang teolog dan pendeta Lutheran di Frankfurt, Jerman. Ia sering dianggap sebagai bapak pietisme Jerman. Karya utama Spener, Pia Desideria, atau "Keinginan Tulus untuk Reformasi Ilahi yang Menyenangkan", aslinya diterbitkan pada tahun 1675, menjadi pedoman bagi pietisme. Versi bahasa Inggris dari buku yang diterbitkan oleh Fortress Press masih beredar sampai sekarang.

Setelah kematian Spener, August Hermann Francke (1663–1727) menjadi pemimpin pietis Jerman. Sebagai pendeta dan profesor di Universitas Halle, tulisan, ceramah dan kepemimpinan gerejanya telah memberikan model untuk pembaruan moral dan perubahan hidup dari Kekristenan alkitabiah.

Baik Spener dan Francke sangat dipengaruhi oleh tulisan Johann Arndt (1555–1621), mantan pemimpin gereja Lutheran yang sering dianggap sebagai bapak pietisme yang sebenarnya oleh para sejarawan saat ini. Arndt memiliki pengaruh yang paling signifikan melalui karya klasik devosionalnya, True Christianity, yang diterbitkan pada tahun 1606.

Menghidupkan Kembali Ortodoksi Mati
Spener dan mereka yang mengikutinya berusaha untuk mengoreksi masalah yang berkembang yang mereka identifikasi sebagai "ortodoksi mati" dalam Gereja Lutheran. Di mata mereka, kehidupan beriman bagi anggota gereja semakin direduksi menjadi sekadar kepatuhan pada doktrin, teologi formal, dan tatanan gereja.

Bertujuan untuk membangkitkan kesalehan, pengabdian dan pengabdian sejati, Spener memperkenalkan perubahan dengan mendirikan kelompok-kelompok kecil orang percaya yang setia yang bertemu secara teratur untuk berdoa, mempelajari Alkitab, dan saling meneguhkan. Kelompok-kelompok ini, yang disebut Collegium Pietatis, yang berarti "saleh", menekankan kehidupan suci. Anggota berfokus pada pembebasan dosa dengan menolak untuk berpartisipasi dalam hiburan yang mereka anggap duniawi.

Kekudusan dalam teologi formal
Para pietis menekankan pembaruan spiritual dan moral individu melalui komitmen total kepada Yesus Kristus. Pengabdian disorot oleh kehidupan baru yang meniru teladan alkitabiah dan dimotivasi oleh Roh Kristus.

Dalam pietisme, kekudusan sejati lebih penting daripada mengikuti teologi formal dan tatanan gereja. Alkitab adalah panduan yang konstan dan tidak pernah gagal untuk menjalankan iman seseorang. Orang-orang percaya didorong untuk terlibat dalam kelompok-kelompok kecil dan mengejar devosi pribadi sebagai sarana pertumbuhan dan cara untuk memerangi intelektualisme impersonal.

Selain mengembangkan pengalaman pribadi tentang iman, para pietis menekankan perhatian mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan dan untuk menunjukkan kasih Kristus kepada orang-orang di dunia.

Pengaruh mendalam pada agama Kristen modern
Meskipun Pietisme tidak pernah menjadi denominasi atau gereja yang terorganisir, ia memiliki pengaruh yang dalam dan bertahan lama, menyentuh hampir semua Protestantisme dan meninggalkan jejaknya di banyak evangelikalisme modern.

Nyanyian John Wesley, serta penekanannya pada pengalaman Kristen, dicetak dengan tanda pietisme. Inspirasi pietis dapat dilihat di gereja-gereja dengan visi misionaris, program kesadaran sosial dan komunitas, penekanan pada kelompok kecil, dan program studi Alkitab. Pietisme telah membentuk cara orang Kristen modern menyembah, memberi persembahan, dan menjalani kehidupan devosional mereka.

Seperti halnya ekstrem religius mana pun, bentuk pietisme radikal dapat mengarah pada legalisme atau subjektivisme. Namun, selama penekanannya tetap seimbang secara alkitabiah dan dalam kerangka kebenaran Injil, pietisme tetap merupakan kekuatan yang sehat, menghasilkan pertumbuhan, dan menghidupkan kembali kehidupan di gereja Kristen global dan dalam kehidupan spiritual setiap orang percaya.