Bagaimana memaafkan seseorang yang menyakitimu

Pengampunan tidak selalu berarti melupakan. Tetapi itu berarti bergerak maju.

Mengampuni orang lain bisa sulit, terutama ketika kita telah terluka, ditolak atau tersinggung oleh seseorang yang kita percayai. Di sebuah gereja di mana saya telah melayani di masa lalu, saya ingat seorang anggota, Sophia, yang memberi tahu saya tentang pertempuran pribadinya dengan pengampunan.

Ketika Sophia masih muda, ayahnya meninggalkan keluarga. Mereka menghadapi banyak kesulitan dan kemarahannya terhadapnya tumbuh. Akhirnya, Sophia menikah dan punya anak, tetapi dia masih belum bisa menyelesaikan masalah ditinggalkannya dan bahkan semakin membenci ayahnya.

Sophia kemudian menjelaskan bagaimana ia mendaftar dalam program belajar Alkitab enam minggu berdasarkan kebiasaan, hang-up dan cedera. Program itu mengembalikan masalahnya yang belum terselesaikan dengan ayahnya. Selama salah satu sesi, fasilitator mencatat bahwa pengampunan membebaskan orang dari beban yang diciptakan oleh orang lain.

Dia mengatakan kepada kelompok itu bahwa tidak ada yang harus ditawan oleh rasa sakit yang disebabkan oleh orang lain. Sophia bertanya pada dirinya sendiri, "Bagaimana aku bisa menghilangkan rasa sakit yang disebabkan ayahku?" Ayahnya tidak lagi hidup, tetapi ingatan akan tindakannya mencegah Sophia untuk bergerak maju.

Pikiran untuk memaafkan ayahnya menantang Sophia. Itu berarti bahwa dia perlu menerima apa yang telah dia lakukan untuknya dan keluarganya, dan untuk menjadi baik. Dalam salah satu sesi kelas, fasilitator menyarankan untuk menulis surat kepada orang yang telah melukai mereka. Sophia memutuskan untuk melakukannya; sudah waktunya untuk membiarkan dia pergi.

Dia menulis tentang semua rasa sakit dan kemarahan yang disebabkan ayahnya. Dia berbagi bagaimana penolakan dan pengabaiannya memengaruhi hidupnya. Dia akhirnya menulis bahwa dia sekarang siap untuk memaafkannya dan melanjutkan.

Setelah menyelesaikan surat itu, dia membacanya dengan keras di kursi kosong yang mewakili ayahnya. Ini adalah awal dari proses penyembuhannya. Selama pelajaran terakhir, Sophia berbagi dengan kelompok itu bahwa menulis surat itu adalah salah satu hal terbaik yang pernah saya lakukan. Dia merasa bebas dari rasa sakit dan siap untuk melanjutkan.

Ketika kita memaafkan orang lain, ini tidak berarti kita melupakan apa yang telah mereka lakukan, bahkan jika dalam beberapa kasus orang melakukannya. Ini berarti bahwa kita tidak lagi disandera secara emosional dan spiritual oleh tindakan mereka. Hidup ini terlalu singkat; kita harus belajar memaafkan. Jika tidak dengan kekuatan kita, kita dapat dengan bantuan Tuhan.