Komentar untuk Injil hari ini 20 Januari 2021 oleh Don Luigi Maria Epicoco

Adegan yang diceritakan dalam Injil hari ini benar-benar penting. Yesus memasuki sinagoga. Konfrontasi polemik dengan para penulis dan orang Farisi sekarang terlihat jelas. Namun kali ini, cacian itu tidak menyangkut wacana atau tafsir teologis, melainkan penderitaan konkrit seseorang:

“Ada seorang pria yang tangannya layu, dan mereka mengawasinya untuk melihat apakah dia menyembuhkannya pada hari Sabat dan kemudian menuduhnya. Dia berkata kepada orang yang memiliki tangan layu: "Masuk ke tengah!"

Hanya Yesus yang tampaknya menganggap serius penderitaan orang ini. Yang lainnya hanya khawatir tentang menjadi benar. Hal serupa juga terjadi pada kita yang melupakan apa yang penting karena antusiasme ingin menjadi benar. Yesus menetapkan bahwa titik awalnya harus selalu konkret dari wajah orang lain. Ada sesuatu yang lebih besar dari Hukum manapun dan itu adalah manusia. Jika Anda melupakan ini, Anda berisiko menjadi fundamentalis agama. Fundamentalisme tidak hanya berbahaya bila menyangkut agama lain, tetapi juga berbahaya bila menyangkut agama kita. Dan kita menjadi seorang fundamentalis ketika kita melupakan kehidupan nyata orang-orang, penderitaan nyata mereka, keberadaan konkret mereka dalam sejarah tertentu dan dalam kondisi tertentu. Yesus menempatkan orang-orang di pusat, dan dalam Injil hari ini dia tidak membatasi dirinya hanya untuk melakukannya tetapi untuk mempertanyakan orang lain mulai dari isyarat ini:

Kemudian dia bertanya kepada mereka: 'Apakah diperbolehkan pada hari Sabat untuk melakukan yang baik atau yang jahat, untuk menyelamatkan kehidupan atau mengambilnya?' Tapi mereka diam. Dan melihat sekeliling mereka dengan kemarahan, sedih dengan kekerasan hati mereka, dia berkata kepada pria itu: "Ulurkan tanganmu!" Dia mengulurkannya dan tangannya sembuh. Dan orang-orang Farisi segera pergi bersama para Herodian dan mengadakan dewan melawan dia untuk membunuhnya ”.

Akan menyenangkan untuk memikirkan posisi kita dalam cerita ini. Apakah kita bernalar seperti Yesus atau seperti ahli Taurat dan Farisi? Dan di atas semua itu kita menyadari bahwa Yesus melakukan semua ini karena laki-laki dengan tangan yang layu itu bukanlah orang asing, tetapi ini aku, bukan kamu?