Saint Pius X, Saint of the day untuk 21 Ogos

(2 Jun 1835 - 20 Ogos 1914)

Kisah Saint Pius X.
Paus Pius X mungkin paling diingati atas dorongannya untuk sering menerima Perjamuan Suci, terutama oleh anak-anak.

Anak kedua dari 10 anak keluarga Itali yang miskin, Joseph Sarto menjadi Pius X pada usia 68 tahun. Dia adalah salah satu paus terhebat abad kedua puluh.

Selalu memperhatikan asal usulnya yang rendah hati, Paus Pius menegaskan: "Saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin, saya akan mati miskin". Dia merasa malu dengan beberapa kemuliaan di mahkamah kepausan. "Lihat bagaimana mereka memakaikan saya," katanya dengan menangis kepada seorang teman lama. Kepada yang lain: "Ini adalah penebusan dosa untuk terpaksa menerima semua amalan ini. Mereka membawa saya dikelilingi oleh tentera seperti Yesus ketika dia ditawan di Gethsemane “.

Tertarik dengan politik, Pope Pius mendorong penganut Katolik Itali untuk lebih terlibat secara politik. Salah satu tindakan kepausan pertamanya adalah mengakhiri hak pemerintah untuk mencampuri veto dalam pemilihan kepausan, suatu amalan yang mengurangkan kebebasan konklusi 1903 yang memilihnya.

Pada tahun 1905, ketika Perancis melepaskan perjanjiannya dengan Holy See dan mengancam penyitaan harta Gereja jika kawalan pemerintah terhadap urusan Gereja tidak diberikan, Pius X dengan berani menolak permintaan tersebut.

Walaupun dia tidak menulis ensiklik sosial yang terkenal seperti pendahulunya, dia mengecam penganiayaan orang asli di perkebunan Peru, mengirim komisi bantuan ke Messina setelah gempa bumi, dan melindungi pelarian dengan perbelanjaannya sendiri.

Pada ulang tahun kesebelas pemilihannya sebagai paus, Eropah jatuh ke dalam Perang Dunia I. Pio telah meramalkannya, tetapi membunuhnya. "Ini adalah penderitaan terakhir yang akan ditempuh Tuhan terhadap saya. Saya dengan senang hati akan memberikan nyawa saya untuk menyelamatkan anak-anak saya yang miskin dari bencana yang mengerikan ini. Dia meninggal beberapa minggu setelah perang bermula dan dikanonisasi pada tahun 1954.

Refleksi
Masa lalu yang rendah hati bukanlah halangan untuk berhubungan dengan Tuhan peribadi dan orang-orang yang benar-benar dia sayangi. Pius X mendapat kekuatan, kebaikan dan kemesraannya kepada orang-orang dari sumber semua pemberian, Roh Yesus. Sebaliknya, kita sering merasa malu dengan latar belakang kita. Malu membuat kita lebih suka menjauhkan diri daripada orang yang kita anggap sebagai orang yang unggul. Sekiranya kita berada dalam kedudukan yang lebih tinggi, sebaliknya, kita sering mengabaikan orang yang lebih sederhana. Namun kita juga harus menolong “memulihkan semua perkara dalam Kristus,” terutama umat Tuhan yang terluka.